Apakah Anda tipe orang yang suka merayakan momen besar dengan makan-makan dengan cara barbeque? Atau Anda suka mengonsumsi makanan di restoran all you can eat, terkadang beberapa makanan, terutama daging, menjadi terlalu matang atau gosong? Beberapa orang tetap mengonsumsi daging tersebut, meskipun sudah terlihat gosong. Padahal, mengonsumsi makanan gosong ternyata dapat menjadi salah satu penyebab kanker lho, salah satunya kanker rektum!
Umumnya, makanan yang dimasak dengan suhu tinggi dapat membentuk molekul tertentu yang disebut juga dengan akrilamida. Kandungan tersebut merupakan bahan kimia yang memiliki sifat toksik dan karsinogenik pada sektor industri. Saat masuk ke tubuh, akrilamida dapat berubah menjadi glikidamida yang dapat merusak DNA. Pertumbuhan sel yang tidak terkendali karena kerusakan DNA dapat mengakibatkan kanker.
Apa Itu Kanker Rectum
Rektum merupakan bagian dari usus besar yang berada di bagian akhir. Bagian sempit tersebut akan mengarah ke anus untuk saluran sisa makanan. Area ini termasuk rentan terkena gangguan kanker. Selain itu, gangguan pada rektum tersebut jika juga terjadi pada usus besar, maka disebut dengan kanker kolorektal.
Walaupun kanker rektum dan usus besar menyebabkan gangguan yang mirip, perawatannya ternyata sangat berbeda. Pasalnya, rektum berada di ruang sempit dan sangat berhubungan dengan organ lainnya. Sehingga, operasi pengangkatan kanker tersebut terbilang kompleks.
Agar Anda dapat mengetahui secara dini apabila mengidap kanker rektum, sangat penting untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul. Dengan merasakan gejala tersebut, sebaiknya segeralah memeriksakan diri ke dokter agar pengobatan dapat langsung dilakukan. Berikut gejala kanker rektum yang dapat terjadi, yaitu:
- Tubuh yang melemah dan kerap merasa kelelahan.
- Adanya perubahan terhadap selera makan.
- Tubuh mengalami penurunan berat badan tiba-tiba.
- Terasa tidak nyaman pada perut, seperti kram dan nyeri.
Ada pula gejala-gejala lainnya yang dapat timbul, yaitu:
- Perubahan terhadap seberapa sering kamu menggerakkan usus.
- Kerap merasa usus tidak kosong sepenuhnya.
- Mengalami diare atau sembelit.
- Terdapat darah atau lendir yang keluar bersamaan dengan tinja.
- Anemia defisiensi besi.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menjadi pemicu kanker rektum. Namun, perlu diketahui bahwa faktor risiko tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu yang dapat dikendalikan, dan yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko yang dapat dikendalikan, antara lain:
- Konsumsi daging merah, olahan, dan hangus secara berlebihan.
- Kurangnya olahraga.
- Obesitas.
- Kebiasaan merokok.
- Konsumsi alkohol yang berlebihan.
Beberapa faktor risiko tersebut dapat dihindari sebagai upaya untuk mengurangi risiko kanker rektum. Maka, pola hidup yang sehat harus dibiasakan, seperti tidak merokok, rutin olahraga untuk mencegah obesitas, memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan, hingga mengurangi konsumsi daging merah (dapat diganti dengan protein dari ikan).
Diagnosis
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis terkait gejala serta riwayat kesehatan pasien. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Untuk membantu menegakkan diagnosis, dokter akan meminta pasien menjalani beberapa pemeriksaan penunjang berikut ini.
1. Kolonoskopi
adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan tabung kecil berkamera melalui anus untuk menemukan polip pada rektum atau mendeteksi ada tidaknya jaringan yang diduga kanker. Kolonoskopi biasanya dibarengi dengan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan rektum untuk menentukan ada tidaknya sel kanker pada jaringan tersebut.
2. Tes Darah
Tes darah bertujuan untuk mendeteksi adanya anemia, salah satu gejala yang umum terjadi pada penderita kanker rektum akibat adanya perdarahan di daerah tumor. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk melihat kadar CEA, yaitu salah satu protein yang menandakan adanya kanker kolorektal atau rektum.
3. Tes Pencitraan
Tes pencitraan yang dilakukan dengan X-ray, CT Scan, MRI, atau PET Scan bertujuan untuk mendeteksi adanya kanker dan mengetahui sejauh mana penyebaran sel-sel tersebut. Melalui tes ini juga, dokter dapat menentukan stadium kanker yang diderita pasien.
4. Stadium
Berdasarkan tingkat keparahan dan penyebarannya, kanker rektum terbagi menjadi beberapa stadium, yaitu:
- Stadium 0: Sel-sel abnormal hanya terdapat di lapisan dalam dinding rektum.
- Stadium 1: Sel kanker telah tumbuh melewati dinding rektum namun belum meluas ke kelenjar getah bening.
- Stadium 2: Pada stadium 2A, kanker telah menyebar ke lapisan otot luar dinding rektum tapi belum sampai ke kelenjar getah bening. Pada stadium 2B, kanker telah menyebar ke lapisan perut.
- Stadium 3: Sel kanker telah menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening.
- Stadium 4: Sel kanker telah menyebar ke organ lain yang jauh dari rektum, misalnya hati dan paru-paru.
Pengobatan Kanker Rektum
Dokter akan melakukan pengobatan sesuai dengan kondisi dan keparahan penyakit yang diderita pasien. Beberapa pilihan pengobatan yang umumnya dilakukan untuk menangani pasien kanker rektum adalah
Operasi
Prosedur operasi bertujuan untuk menghilangkan sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya dengan mengangkat jaringan kanker yang berada di rektum atau mengangkat rektum secara menyeluruh.
Kemoterapi
adalah pemberian obat-obatan antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Tindakan ini bertujuan untuk menghentikan sel kanker atau sebagai terapi sebelum dan sesudah dilakukan operasi.
Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan menggunakan sinar radiasi tinggi yang bertujuan menghancurkan sel-sel kanker.
Terapi Target
Terapi ini biasanya dijalani oleh pasien kanker stadium lanjut. Tindakannya menggunakan obat yang menargetkan hanya pada sel kanker sehingga pertumbuhan dan pembelahan sel-sel kanker terhambat.
Innolcon Ultrasonic Scalpel System
Innolcon adalah salah satu alat bedah yang memiliki beragam fungsi pemotongan hemostatik dan jaringan tissue. Alat yang menggunakan ultrasonik ini memiliki peran penting dalam metode bedah umum, salah satunya adalah pengobatan kanker rektum.
Keunggulan Bedah Ultrasonik:
- Ketelitian: Teknologi ultrasonik memungkinkan pembedahan yang sangat presisi, sehingga jaringan sehat di sekitar tumor dapat terjaga.
- Minimal Invasif: Prosedur bedah menggunakan ultrasonik seringkali kurang invasif, mengurangi risiko komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien.
- Penggunaan: Ultrasonik dapat digunakan untuk memotong jaringan tumor, mengkoagulasi pembuluh darah, dan membantu dalam prosedur mengangkat kelenjar getah bening.
Bagi dokter yang tertarik untuk mengetahui produk Innolcon Ultrasonic Scalpel System, temui kami di acara Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah (PABI) P2B2 XII pada tanggal 26 – 28 September di Hotel Truntum, Padang. Dapatkan penawaran dan harga spesial untuk produk bedah kami. Untuk informasi lebih lengkap ikuti akun social media @st_medicaldevices atau hubungi kontak yang ada di website kami.