Pankreas merupakan organ dalam tubuh yang terletak di bagian perut sisi kanan atas. Pada dasarnya, pankreas memiliki dua fungsi utama dalam sistem pencernaan, yaitu fungsi eksokrin dan fungsi endokrin. Tidak hanya pada pankreas, kelenjar eksokrin juga terdapat pada organ lain yaitu kelenjar keringat pada kulit dan kelenjar air liur pada mulut. Pankreas memiliki peran untuk membuat enzim pencernaan dengan fungsi yang berbeda antara satu dan yang lainnya, untuk selanjutnya akan terbawa ke saluran cerna.
Sedangkan komponen endokrin pankreas berfungsi untuk membuat dan melepas hormon penting ke aliran darah. Dua hormon yang paling utama yaitu insulin dan glukagon dengan tugas utama mengatur kadar gula darah. Terdapat beberapa macam gangguan pankreas yang mungkin terjadi antara lain karena bawaan genetik, batu pankreas, hingga kanker pankreas. Bahaya kanker ini bergantung pada lokasi tempat penyebaran kanker, seberapa besar kanker tersebut, dan kesehatan penderita secara umum. Berikut ulasan pengobatan kanker pankreas.
Tipe Kanker Pankreas
Pada dasarnya, terdapat tiga tipe kanker pankreas, yaitu:
1. Adenokarsinoma atau tumor eksokrin pankreas
Tipe ini termasuk ganas atau agresif. Dilansir oleh American Cancer Society, sebanyak 95% kasus kanker pankreas disebabkan oleh jenis tumor adenokarsinoma. Mutasi sel mulanya terbentuk pada sel-sel yang melapisi saluran pankreas. Saat pembelahan, mutasi sel semakin tidak terkendali hingga tumor adenokarsinoma mulai terbentuk, biasanya berupa kelenjar. Adenokarsinoma juga bisa mengisi area kosong di saluran pankreas sehingga menyebabkan penyumbatan.
2. Neuroendokrin atau tumor endokrin pankreas
Tumor ganas yang menyerang jaringan endokrin sebenarnya lebih jarang muncul daripada tumor di jaringan eksokrin pankreas. Menurut Johns Hopskins Medicine, hanya ada sekitar 1-5% kasus kanker pankreas yang disebabkan oleh tumor endokrin. Jenis tumor pankreas ini dikenal juga dengan nama pancreatic neuroendocrine tumor (PNET), neuroendokrin, atau tumor sel Langerhans. Perkembangan neuroendokrin lebih lambat sehingga bisa lebih mudah perawatan melalui pengobatan kemoterapi, radioterapi, dan operasi kanker pankreas.
Pada acara Workshop “Innovation Endoscopic Radiofrequency Ablation in Pancreatobiliary Malignancy” yang diselenggarakan oleh STI (Sometech Indonesia) di RS Siloam MRCCC pada hari Sabtu, 20 Mei 2023 yang lalu, Dr. dr. C. Rinaldi A. Lesmana, Sp.PD, KGEH, FACP, FACG, FINASIM sebagai pembicara utama menjelaskan bahwa penilaian terhadap stadium kanker pankreas pada dasarnya sama dengan kanker pada umumnya, seperti besaran tumor, sejauh mana melibatkan pembuluh darah, serta tingkat penyebaran ke organ lain. Kriteria ini dapat kita sadari melalui foto atau alat endoskopi ultrasound.
Gejala kanker pankreas umumnya tidak ada yang spesifik, lebih cenderung kepada gangguan pencernaan. Gejala inilah yang membuat pasien cenderung tidak menyadari penyakit ini dan lebih sering berobat ke dokter ketika telah stadium akhir. Padahal sebaiknya ketika seseorang mengalami gejala tersebut, harus segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapat penanganan dengan lebih cepat dan tepat.
Jenis Pengobatan Kanker Pankreas
Kanker pankreas bisa terkontrol dengan beberapa pilihan pengobatan. Beberapa metode pengobatan seperti operasi atau pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan Radiofrekuensi Ablasi. Operasi memang masih menjadi pilihan utama pengobatan, namun karena kebanyakan pasien datang ketika telah stadium lanjut, maka operasi tidak bisa menjadi pilihan utama utama dan berujung ke kemoterapi atau imunoterapi.
Radiofrekuensi Ablasi (RFA) merupakan metode yang saat ini sedang dikembangkan dan digunakan oleh para dokter, dimana metode ini dilakukan tanpa pembedahan dan hasil yang terbilang efektif dibandingkan dengan metode lainnya. Meskipun tergolong inovasi dan pengembangan baru yang cukup menjanjikan untuk kanker pankreas, ternyata metode RFA sebelumnya telah ada pada pengobatan kanker liver, kanker tiroid serta kanker payudara karena metode ini pada dasarnya merupakan ablasi termal suatu jaringan, dan tidak terbatas hanya untuk satu jenis kanker.
Meskipun tidak menjanjikan penyembuhan total 100% kanker, harapannya RFA mampu membantu penyembuhan pasien dan meningkatkan tingkat hidup pasien. RFA akan mengobati tumor secara lokal menggunakan jarum elektroda dengan minim rasa sakit. Waktu pengerjaan dengan alat ini juga lebih sedikit daripada metode pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi.
EUSRA dari STI
ST Indonesia sebagai distributor produk kesehatan di Indonesia, menghadirkan alat dengan teknologi RFA dari Korea Selatan yang sudah terjamin kualitasnya untuk menangani kanker pankreas. Tindakan Radiofrekuensi Ablasi atau lebih singkat RFA adalah tindakan yang dilakukan dengan bantuan EUS sehingga disebut dengan EUS-RFA (Endoscopic Ultrasound-Guided Radio frequency Ablation).
Menurut pakar lambung dan hati, yaitu Dr. dr. C. Rinaldi A. Lesmana, Sp.PD, KGEH, FACP, FACG, FINASIM, endoskopi biasanya berfungsi untuk melihat lambung karena dekat sekali dengan pankreas maka teknologi canggih ini bisa memudahkan dalam mendeteksi adanya sesuatu yang tidak normal atau kerusakan di dalam pankreas.
EUS-RFA menjadi salah satu cara pengobatan alternatif unggulan bagi pasien kanker pankreas mengingat prosedur ini bersifat minimal invasive (tanpa bedah) dengan menggunakan jarum untuk mengobati tumor secara lokal. Sebelum prosedur RFA oleh dokter, pastinya dokter wajib melakukan tes darah, untuk mendeteksi protein CA19-9 serta untuk mengukur kadar hormon insulin, glukagon, dan somatostatin yang terkait dengan sel pankreas. Treatment ini cocok untuk pasien kanker pankreas yang belum yakin atau tidak bisa menjalani operasi, pasien berusia lanjut, dan pasien yang lokasi tumornya bersifat lokal atau pada satu titik tertentu.
Testimoni Dokter Spesialis
Treatment dengan EUS-RFA terbukti efektif untuk menangani kanker pankreas, hal ini sejalan dengan pengalaman dari Dr. dr. C. Rinaldi A. Lesmana, Sp.PD, KGEH, FACP, FACG, FINASIM saat menangani pasien dengan hasil tindakan yang baik.
“Berdasarkan pengalaman saya mengobati pasien dengan kanker pankreas tipe insulinoma, dengan tindakan EUS-RFA, setelah lebih dari 6 bulan dilakukan, hasil evaluasi hasilnya membaik, kadar gula pasien tersebut lebih normal,” tutur dr. Rinaldi.
Kemungkinan munculnya efek samping tetap ada, seperti risiko komplikasi, nyeri perut, pendarahan, atau trauma organ. Namun hal ini dapat terantisipasi dan terminimalisir agar tidak terjadi. Pasien lain yang mengidap kanker pankreas jenis neuroendocrine dan tidak mau menjalani operasi pada akhirnya memilih untuk melakukan terapi EUS-RFA. Evaluasi setelah setahun pasca tindakan memperlihatkan tumornya mengecil dan terus menghilang.
“Ada juga pasien kanker pankreas berusia 92 tahun yang menjalani terapi EUS-RFA, sudah 6 bulan tumornya tidak berkembang,” tutur dr. Rinaldi.
Sampai saat ini, penyedia layanan terapi EUS-RFA untuk kanker pankreas masih terus berkembang. Di Indonesia, layanan ini tersedia di RS Medistra dan MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta yang dipasarkan secara langsung oleh ST Indonesia. Kunjungi rumah sakit yang tertera di atas untuk mendapatkan pengobatan tepat atasi kanker pankreas.