Kanker tiroid adalah penyakit kelenjar tiroid yang berada pada bagian depan leher sedikit di bawah laring berbentuk kupu-kupu. Gejala kanker tiroid pada tahap awal, umumnya pengidap kanker tiroid tidak merasakan keluhan khusus. Namun, keluhan yang menjadi keluhan pasien berupa suara serak, sulit menelan, hingga kesulitan bernafas.
Namun, saat memasuki stadium lanjutan, gejala kanker tiroid ditandai dengan adanya benjolan di leher bagian depan. Selain itu, disertai dengan gejala-gejala seperti penekanan, tanda-tanda keracunan tiroid seperti gemetar, berdebar-debar, hingga merasa gelisah. Simak artikel berikut untuk mengetahui lebih lengkap seputar kanker tiroid beserta metode efektif untuk mengobatinya.
Deteksi Terjadinya Kanker Tiroid
Kanker tiroid dapat terdeteksi dengan tindakan biopsi, dokter akan mengambil jaringan dari benjolan kelenjar tiroid menggunakan jarum yang sangat tipis. Setelah itu, dokter dapat mendeteksi jaringan tersebut dengan mikroskop untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda keganasan. Selain itu, dapat juga melakukan pemeriksaan USG pada bagian leher untuk mengetahui kondisi kelenjar tiroid dan juga pemeriksaan laboratorium darah untuk mengetahui kadar hormon yang muncul dari kelenjar tiroid.
Saat ini banyak penderita kanker tiroid yang memiliki angka harapan hidup yang tinggi karena banyak hadirnya inovasi di bidang teknologi medis dengan pengobatan yang tepat untuk menangani kanker tiroid, yaitu dengan prosedur Radiofrekuensi Ablasi (RFA). Penanganan kanker tiroid dengan metode RFA ini memiliki teknik minimal invasif, yaitu tindakan modern ini tanpa sayatan. Dengan tindakan ini, pasien dapat pulih lebih cepat sehingga menjadi pilihan alternatif tindakan yang lebih nyaman untuk pasien.
Apa itu Radiofrekuensi Ablasi?
Radiofrekuensi Ablasi merupakan salah satu prosedur medis yang memanfaatkan energi panas untuk menghancurkan penyakit serta jaringan abnormal. Terdapat bentuk lainnya, yaitu prosedur menggunakan sinar laser (ablasi laser) serta suhu dingin yang ekstrem (krioterapi). Prosedur RFA juga melibatkan penyisipan probe dengan elektroda pada ujungnya ke dalam tumor dengan menggunakan jarum kecil.
Dengan bantuan USG, dokter dapat melakukan tindakan RFA secara efisien dengan memasukan elektroda tersebut ke dalam leher. Sehingga, dapat mencapai tumor di dalam kelenjar tiroid dan generator listrik akan mengalirkan energi termal untuk merusak struktur tumor. Prosedur RFA memakan waktu 30 menit hingga 1 jam dengan menggunakan anestesi lokal sehingga pasien dapat merasa aman dan nyaman selama menjalani prosedur.
Dr. Jung Hwan Baek, dokter spesialis penanganan kanker tiroid sekaligus profesor radiologi di Rumah Sakit Asan Seoul, Korea Selatan mengatakan bahwa prosedur RFA merupakan pilihan pengobatan kanker tiroid yang bertujuan untuk menghilangkan nodul tiroid/benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid di leher. Prosedur ini telah mendapatkan popularitas di Korea Selatan dan negara lainnya sebagai alternatif dari tiroidektomi, operasi yang melibatkan pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.
Dr. Jung Hwan Baek mengungkapkan “Untuk pengobatan nodul tiroid jinak, saya mengusulkan teknik tembakan bergerak, yang berbeda dari pengobatan kanker hati pada umumnya. Untuk mencapai ini, penggunaan elektroda dalam prosedur itu penting. Menggunakan elektroda yang lebih tipis dan lebih pendek, dan meskipun memiliki ujung aktif yang lebih kecil (0,7 cm) daripada ujung aktif 1 cm yang ada, Sehinnga membutuhkan produk yang lebih detail dengan zona ablasi 0,7 cm.”
Dr. Jung Hwan Baek percaya bahwa prosedur Radiofrekuensi Ablasi ini penting untuk menjaga fungsi tiroid dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Berbeda dengan tiroidektomi, yang mengharuskan pasien minum obat pengganti hormon seumur hidup, RFA memungkinkan pasien mempertahankan produksi hormon tiroid secara alami.
Tujuan dan Manfaat Radiofrekuensi Ablasi
Tujuan prosedur radiofrekuensi ablasi yaitu mengobati pembesaran tiroid yang bersifat solid atau padat. Prosedur ini pertama kali dilakukan di Korea pada tahun 2006, kemudian mulai dilakukan di seluruh dunia pada tahun 2012, termasuk di Indonesia yang turut mendistribusikan teknologi canggih Radiofrekuensi Ablasi oleh ST Indonesia.
Manfaat radio frekuensi ablasi untuk mengobati pembesaran tiroid yaitu:
- Lama tindakan hanya 30 menit sampai 1 jam.
- Biaya lebih rendah dari operasi.
- Tanpa sayatan sehingga tidak ada bekas luka.
- Pengurangan volume.
- Tingkat komplikasi rendah.
- Waktu pemulihan lebih singkat.
- menggunakan anestesi lokal.
- Tersebar di seluruh dunia.
- Termasuk prosedur minimal invasif.
- Meningkatkan kualitas hidup pasien.
- Sebagai prosedur rawat jalan.
- Memungkinkan tiroid berfungsi normal tanpa pengobatan jangka panjang.
Meskipun jarang terjadi, radiofrekuensi ablasi berisiko menyebabkan komplikasi serius, seperti perdarahan, infeksi, dan kerusakan saraf bagi pasien yang sedang hamil, mengalami infeksi, dan kelainan perdarahan sehingga tidak diperbolehkan melakukan tindakan ini.