Skip to content
logo STI blue-05 (1)
  • Medical
  • Aesthetic
  • Dental
  • About Us
  • Service Center
  • News
    • Aesthetic
    • Medical
    • Dental
  • Career
  • Contact Us
Menu
  • Medical
  • Aesthetic
  • Dental
  • About Us
  • Service Center
  • News
    • Aesthetic
    • Medical
    • Dental
  • Career
  • Contact Us

Home / News / Kehamilan Ektopik: Definisi, Deteksi, dan Cara Tangani

Kehamilan Ektopik: Definisi, Deteksi, dan Cara Tangani

  • Admin Web
  • September 23, 2024
  • 6:37 am
  • No Comments

Table of Contents

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Tergantung lokasi menempelnya sel telur, gejala kehamilan ektopik dapat menyerupai gejala pada penyakit usus buntu. Apabila tidak segera ditangani, kehamilan tersebut dapat berakibat fatal bagi ibu.

Secara epidemiologi, estimasi kejadian kehamilan ektopik adalah 1–2% pada populasi umum dan 2–5% pada populasi yang menggunakan assisted reproductive technology (seperti IVF). Kehamilan ektopik paling sering terjadi di tuba falopi (97,7%) tetapi dapat juga terjadi pada serviks, ovarium, kornu uteri, dan rongga abdomen.

Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma. Pada proses kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di saluran indung telur (tuba falopi) sebelum dilepaskan ke rahim. Selanjutnya, sel telur akan menempel di rahim dan terus berkembang hingga masa persalinan tiba.

Penyebab Kehamilan Ektopik

Kehamilan tersebut umumnya terjadi akibat kerusakan pada tuba falopi. Kerusakan ini membuat tuba falopi menyempit atau tersumbat sehingga pergerakan sel telur ke rahim terhambat.

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kerusakan pada tuba falopi adalah:

  • Endometriosis
  • Penyakit radang panggul
  • Gangguan keseimbangan hormon
  • Kelainan bawaan lahir pada tuba falopi
  • Terbentuknya jaringan parut akibat prosedur medis pada kandungan

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Kehamilan tersebut dapat dialami oleh setiap wanita yang aktif secara seksual. Namun, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan tersebut , yaitu:

  • Hamil di usia 35 tahun atau lebih
  • Penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia
  • Hamil di luar kandungan sebelumnya
  • Riwayat operasi, seperti aborsi, sterilisasi pada wanita, dan operasi di area panggul atau perut
  • Program bayi tabung
  • Penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD)
  • Kebiasaan merokok
Baca Juga:  Yang Perlu Diketahui dari Tindakan Laparoskopi

Gejala Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Tanda awal kehamilan ektopik serupa dengan kehamilan biasa, seperti mual, payudara mengeras, dan menstruasi terhenti.

Sedangkan pada tahap lanjut, penderita kehamilan ektopik umumnya mengalami nyeri perut dan perdarahan dari vagina, yang sering dianggap sebagai haid tapi hamil. Gejala-gejala tersebut akan terasa makin parah seiring waktu. Terkadang, gejala nyeri perut akibat kehamilan tersebut juga hampir sama dengan gejala usus buntu.

Diagnosis Kehamilan Ektopik

Dokter akan terlebih dahulu melakukan tanya jawab, terutama terkait hari pertama haid terakhir pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

  • Tes kehamilan melalui urine dengan menggunakan test pack
  • Tes kehamilan melalui darah, untuk mengukur kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
  • USG transvaginal dan perut, untuk memastikan lokasinya

Pengobatan Kehamilan Ektopik

Perlu diketahui bahwa janin  tidak dapat berkembang dengan normal. Kondisi ini bisa mengancam jiwa ibu hamil dan harus segera ditangani.

Tergantung pada perkembangan kehamilan dan lokasi menempelnya sel telur, dokter dapat menanganinya dengan obat-obatan atau operasi. Berikut adalah penjelasannya:

Obat suntik

Suntik methotrexate dapat diberikan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal. Setelah pemberian suntikan, dokter akan memantau kadar hormon hCG dalam darah tiap 2–3 hari hingga kadarnya menurun. Menurunnya kadar hCG menandakan kehamilan sudah tidak lagi berkembang.

Operasi laparoskopi

Kehamilan tersebut bisa merusak tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Jika salah satu atau kedua tuba falopi rusak, dokter akan melakukan operasi laparoskopi untuk mengangkat tupa falopi tersebut.

Namun, bila memungkinkan, bagian tuba falopi tersebut cukup diperbaiki tanpa harus diangkat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hamil di kemudian hari.

Baca Juga:  Mengenal 7 Jenis Jerawat dan Cara Mengatasinya

Operasi laparotomi

Pada pasien yang mengalami perdarahan berat, dokter akan melakukan tindakan darurat berupa operasi laparotomi. Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan besar di perut sebagai jalan untuk mengangkat janin dan memperbaiki tuba falopi yang pecah.

Setelah pengobatan, dokter akan menyarankan pasien memberi jeda waktu 3 bulan sebelum merencanakan kehamilan berikutnya. Tujuannya adalah agar rahim pulih sempurna dan mengurangi risiko .

Prosedur Laporoskopi Kehamilan Ektopik

Salpingostomi dan salpingektomi adalah dua jenis bedah laparoskopi yang biasa digunakan untuk mengobati kehamilan ektopik. Dalam prosedur ini, sayatan kecil dibuat di perut, dekat atau di pusar. Selanjutnya, dokter akan menggunakan tabung tipis yang dilengkapi dengan lensa kamera dan cahaya (laparoskop) untuk melihat area tuba.

Dalam prosedur salpingostomy, hanya jaringan ektopik saja yang diangkat, sedangkan tuba dibiarkan untuk sembuh sendiri. Namun, pada salpingektomi, kehamilan ektopik dan tuba diangkat. Itulah mengapa, meskipun salpingektomi sudah menjadi prosedur standar untuk menangani kehamilan ektopik, tetapi salpingostomi dapat menjadi pilihan bagi wanita yang ingin mempertahankan kesuburan di masa depan.

Namun, prosedur laparoskopi mana yang dipilih juga tergantung pada jumlah perdarahan dan kerusakan, serta apakah saluran tuba telah pecah. Selain itu, faktor lainnya yang juga menentukan jenis laparoskopi yang dilakukan adalah apakah tuba fallopi kamu yang lainnya normal atau menunjukkan tanda-tanda kerusakan sebelumnya.

Salah satu keunggulan bedah laparoskopi adalah proses penyembuhannya cenderung lebih cepat dibandingkan prosedur bedah konvensional.

Namun, bila kehamilan tersebut menyebabkan perdarahan hebat, kamu mungkin perlu melakukan operasi darurat. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode laparoskopi atau laparotomi (melalui sayatan di perut). Dalam beberapa kasus, tuba falopi dapat diselamatkan. Namun, biasanya, saluran tuba yang pecah harus diangkat.

Baca Juga:  10 Cara Agar Kulit Wajah Mulus dan Sehat

Laparoscopy - fencer

Salah satu produk Laparoscopy unggulan ada FENCER, yang merupakan satu set laparoscopy system yang ada 4 fungsi dalam 1 set alat mulai dari kamera, lighting, video recorder, dan gas insufflator.  Untuk mengetahui lebih lengkap tentang produk-produk laparoscopy dan histeroscopy dari PT Sometech Indonesia, bisa hubungi @st_medicaldevice atau hubungi kontak yang ada di website.

PrevPrevious10 Cara Menghilangkan Bekas Jerawat Hitam di Pipi Secara Alami dan Ampuh
Next13 Cara Menghilangkan Kerutan di Bawah Mata Secara AlamiNext

Need Help or Guidance?

Contact ST Indonesia

PT. SOMETECH INDONESIA
Copyrights @2023, All Rights Reserved

Opening Hours:
Monday – Friday 8am – 5pm

Offices & Branch :

  • Jakarta
    AKR Tower Lt 11 unit 11G
    Jl. Panjang No.5, Kebon Jeruk Jakarta Barat, DKI Jakarta
    INDONESIA
  • Surabaya
    STI - Ruko
    Jl. Raya Kupang Jaya No.B8, Surabaya, Jawa Timur
    INDONESIA
Contact :
  • (021) 533 447 55
  • +62 822-2526-7741
  • admstindo@gmail.com
Follow Us:
  • @sti_medical
  • @st_medicaldevice
  • @st_aes
  • ST Indonesia Medical
  • ST Indonesia Aesthetic

WhatsApp us