Vagina bau adalah kondisi yang normal dan tidak selalu menandakan adanya suatu gangguan kesehatan. Hal ini karena vagina sehat juga dapat mengeluarkan bau yang khas atau tajam. Namun, vagina yang mengeluarkan aroma tidak sedap terus-menerus bisa jadi merupakan tanda adanya masalah.
Bau vagina pada kondisi normal dapat berbeda-beda, tergantung pada pH vagina. Hal ini juga tergantung pada keadaan tubuh saat itu, misalnya menstruasi, hamil, atau menopause. Umumnya, vagina berbau sedikit asam, seperti bau ragi. Namun, vagina sehat juga bisa mengeluarkan aroma yang lebih menyengat, seperti bau badan.
Vagina bau yang perlu diwaspadai adalah jika aromanya tidak sedap, amis, apek, atau bahkan busuk. Bau seperti ini dapat terjadi akibat adanya penyakit, seperti vaginosis bakterialis, trikomoniasis, hingga kanker. Biasanya, vagina bau yang disebabkan oleh penyakit juga akan disertai dengan gejala lain yang mengganggu.
Penyebab Vagina Bau
Bau vagina bergantung pada bakteri yang mengatur kadar asam-basa (pH) vagina. Ada banyak bakteri yang hidup di vagina. Salah satunya adalah bakteri Lactobacilli. Bakteri ini berperan dalam menjaga keseimbangan pH vagina yang normal, yaitu antara 4–4,5. Pada pH ini, bau vagina akan normal.
Meski begitu, vagina dengan pH yang normal dan sehat juga dapat menimbulkan aroma yang tajam. Beberapa kondisi normal yang dapat menyebabkan vagina bau adalah:
- Stres
- Keringatan setelah berolahraga
- Konsumsi makanan atau minuman dengan bau menyengat, seperti bawang putih
- Dehidrasi
Kadar pH vagina yang lebih tinggi dari normal dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi vagina. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan vagina bau adalah:
- Vaginosis bakterialis
- Trikomoniasis
- Infeksi jamur candida
- Infeksi saluran kemih
Meski jarang terjadi, vagina berbau tidak sedap juga dapat disebabkan oleh fistula rektovaginal, yaitu bukaan (fistula) yang menghubungkan vagina dengan anus. Vagina bau juga dapat terjadi akibat kanker serviks atau kanker vagina.
Kanker Serviks
Menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker payudara, yaitu sebanyak 36.633 kasus atau 17,2% dari seluruh kanker pada wanita. Jumlah ini memiliki angka mortalitas yang tinggi sebanyak 21.003 kematian atau 19,1% dari seluruh kematian akibat kanker. Apabila dibandingkan angka kejadian kanker serviks di Indonesia pada tahun 2008, terjadi peningkatan dua kali lipat.
Kanker serviks adalah jenis kanker yang menyasar sel-sel rahim leher rahim. Penyebabnya bermula ketika sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak normal. Kondisi ini bisa dipicu oleh berbagai hal. Namun, dalam banyak kasus kanker ini berkaitan dengan infeksi human papilloma virus (HPV)
Lambat laun, perkembangannya semakin masif dan tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Nah, tumor yang ganas ini nantinya akan menjadi penyebab kanker serviks.
Sayangnya, deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan pap smear secara rutin masih belum menjadi perhatian umum.
Apalagi penyakit ini jarang menunjukkan gejala pada tahap awal.
Gejala Kanker Serviks
Gejala baru akan muncul saat tumor sudah tumbuh. Tumor ini kemudian dapat mendorong organ di sekitar dan mengganggu sel-sel sehat.
Nah, berikut ini gejala kanker serviks yang perlu kamu waspadai:
- Perdarahan di antara periode menstruasi, setelah hubungan seksual, atau setelah menopause dapat menjadi gejala awal kanker serviks.
- Siklus menstruasi yang tidak teratur atau perdarahan yang lebih berat atau lebih lama juga termasuk tanda-tandanya.
- Keputihan yang berubah warna, bau, atau konsistensi, terutama jika keluar bersama darah.
- Nyeri di daerah panggul atau punggung bagian bawah dapat terjadi ketika kanker telah menyebar ke jaringan atau organ di sekitarnya.
- Rasa sakit atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual (dispareunia) bisa menjadi tanda kanker, terutama jika telah mencapai tahap lebih lanjut.
- Pada tahap lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelelahan yang berlebihan dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas dapat terjadi.
Pengecekan Kanker Serviks
Berikut adalah uraian selengkapnya tentang beberapa jenis pemeriksaan kanker serviks yang perlu Anda ketahui.
1. Pap Smear
Pap smear adalah metode pemeriksaan stiologi kanker serviks yang paling sering direkomendasikan yang dapat mendeteksi adanya perubahan pada sel serviks. Pemeriksaan ini akan dilakukan dengan mengabil sampel yaitu lendir pada serviks dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop. Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan untuk mendiagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, pasien akan diarahkan untuk melakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi.
Wanita berusia 25–49 tahun direkomendasikan melakukan pap smear secara rutin setiap 3 tahun sekali, sedangkan wanita usia 50–64 tahun disarankan setiap 5 tahun sekali. Sementara itu, pada wanita di atas 65 tahun dapat melakukan pemeriksaan jika merasakan keluhan pada serviks.
2. Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah tes skrining yang dapat dilakukan dengan beberapa alat dan mata telanjang. Selama pemeriksaan ini, dokter akan mengoleskan pengenceran cuka putih (asam asetat) 3–5% ke leher rahim untuk mendeteksi adanya kelainan pada area tersebut. Sel abnormal akan berubah menjadi putih ketika terkena cuka. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif tahapan selanjutnya yang dapat dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh tenaga medis yang sudah terlatih.
3. Tes Schiller
Metode pemeriksaan kanker serviks berikutnya adalah tes Schiller. Tujuannya untuk mendeteksi adanya jaringan abnormal dengan cara mengoleskan larutan yodium pada serviks. Setelah diolesi, jaringan yang sehat akan berwarna cokelat, sedangkan jaringan abnormal berwarna kuning atau putih.
4. Tes HPV DNA
Tes HPV DNA adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel sel leher rahim. Sampel ini diuji untuk mendeteksi keberadaan Human papillomavirus tipe risiko tinggi. Tes ini bisa dikombinasikan dengan pap smear atau IVA (pemeriksaan co-testing) maupun dilakukan sebagai pemeriksaan tunggal. Jika pada tes HPV DNA ditemukan hasil positif sekitar 70%, pasien berisiko terkena kanker serviks. Namun, kini pemeriksaan HPV DNA tidak hanya dilakukan sebagai skrining, melainkan juga untuk pendekatan pengobatan kanker serviks.
5. Kolposkopi
Kolposkopi adalah prosedur pemeriksaan yang menggunakan alat bernama kolposkop untuk memeriksa bagian leher rahim (serviks), vagina, serta vulva. Prosedur ini biasanya direkomendasikan ketika dokter menemukan hasil abnormal pada tes pap smear. Apabila melalui kolposkopi dokter menemukan kelainan atau abnormalitas, sampel jaringan akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.
6. Kuretase Endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan bila dokter ingin memeriksa bagian serviks yang tidak dapat dijangkau menggunakan tes kolposkopi. Pada pemeriksaan kanker serviks ini, dokter akan mengikis bagian dalam leher rahim (endoserviks) menggunakan alat khusus seperti sendok kecil untuk mengambil sampel sel.
7. Cone Biopsy
Cone biopsy atau biopsi kerucut adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan di leher rahim (serviks) dalam bentuk kerucut untuk diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi kerucut tidak hanya bisa mendeteksi kanker serviks namun juga dapat menghilangkan sel calon kanker (prakanker) atau sel kanker derajat ringan.
8. Punch Biopsy
Punch biopsy atau biopsi punch adalah prosedur pengambilan sampel jaringan atau sel di dalam leher rahim menggunakan pisau khusus berbentuk bundar. Dokter biasanya akan melakukan prosedur ini beberapa kali di sekitar area leher rahim atau serviks.
Apa Itu Kolposkopi?
Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan pada serviks, vulva, dan vagina dengan menggunakan alat yang disebut kolposkop dan juga bantuan pencahayaan serta pembesaran yang cukup. Kolposkop secara khusus didefinisikan sebagai mikroskop stereoskopik binokuler dengan fokal yang panjang dan sumber cahaya yang kuat. Kolposkop modern dapat memberikan pembesaran antara 2 kali dan 40 kali, walaupun pemeriksaan kolposkopi rutin dilakukan pada pembesaran 10 dan 15 kali.
Kolposkopi biasanya dilakukan ketika pap smear memberikan hasil yang kurang baik, tapi tidak perlu khawatir, dengan Kolposkopi dokter mampu memeriksa dengan lebih detail dan menyeluruh. Selain itu, dengan Kolposkopi, hasil pemeriksaannya berupa visual yang bisa direkam menjadi video sehingga dokumentasinya lebih detail dan hasil pemeriksaannya lebih akurat.
Untuk Kolposkopi, salah satu alat Kolposkopi terbaik yang ada saat ini adalah ECLERIS. ECLERIS merupakan alat medis yang digunakan untuk kolposkopi yang dilengkapi dengan inclined binocular dan beberapa pilihan lensa mulai dari 200, 250, 300, dan 400mm dengan pilihan lensa yang wide-angle, filter hijau, dan mampu memberikan sinar dari 75 – 145mm. Hal ini membuat ECLERIS mampu memberikan hasil visual untuk kolposkopi dengan qualitas HD dan juga mampu memberikan beragam deteksi masalah di area ginekologi.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa ikutin informasi terbaru dari alat-alat kami di akun sosial @st_medicaledevice atau hubungi kontak yang ada di website.