Hipotiroidisme adalah kondisi kelainan akibat kekurangan hormon tiroid. Kondisi hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Namun, hipotiroidisme mungkin tidak menimbulkan gejala yang nyata pada tahap awal, sehingga pengidapnya kerap tidak menyadarinya.
Padahal, hipotiroidisme yang tidak terobati dapat menyebabkan masalah kesehatan lain sebagai komplikasinya. Karena itu, sebagai upaya antisipasi sedari awal, ketahuilah apa saja gejala hipotiroidisme yang kerap diabaikan.
Gejala Hipotiroidisme yang Sering Diabaikan
Sebagai salah satu jenis penyakit tiroid, gejala hipotiroidisme akan bervariasi karena tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Selain itu, gejalanya juga cenderung berkembang perlahan, seringkali selama beberapa tahun.
Pada awalnya, pengidapnya mungkin hampir tidak menyadari gejala hipotiroidisme. Berikut adalah penjelasan mengenai gejala hipotiroidisme yang kerap terabaikan pengidapnya:
1. Kelelahan
Pada individu yang terkena hipotiroidisme, kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Kondisi ini membuat metabolisme pengidap kelainan ini melambat. Akibatnya, pengidap hipotiroidisme akan merasakan kelelahan atau perasaan kurang energi dan kantuk berlebihan.
Meski begitu, kelelahan berlebih juga dapat terjadi akibat sejumlah masalah kesehatan lainnya.
2. Lebih Sensitif terhadap Dingin
Kelainan hipotiroidisme juga dapat menyebabkan peningkatan kepekaan terhadap suhu dingin. Sebab, melambatnya metabolisme tubuh pengidapnya, membuat suhu tubuh lebih mudah turun. Selain itu, vasokonstriksi kulit juga akan terjadi dan pengidapnya mungkin merasa kedinginan bahkan ketika berada pada lingkungan yang hangat.
3. Sering Sembelit
Hormon tiroid berperan penting dalam membantu mengatur sistem dan proses tubuh seperti pencernaan. Dengan rendahnya kadar hormon tiroid, beberapa proses atau mekanisme tubuh mungkin melambat. Alhasil, proses pencernaan, terutama buang air besar menjadi salah satu mekanisme tubuh yang terpengaruh oleh kadar hormon tiroid yang rendah.
4. Kulit Kering
Gejala hipotiroidisme selanjutnya yang kerap diabaikan oleh pengidapnya adalah kulit kering. Adapun penyebab kekeringan kulit akibat hipotiroid adalah penurunan sekresi kelenjar ekrin. Kondisi ini membuat mekanisme penurunan keringat dalam tubuh menjadi tidak jelas.
5. Penambahan Berat Badan dan Wajah Bengkak
Hormon tiroid berperan penting dalam mengatur berat badan, asupan makanan, dan metabolisme lemak dan gula. Orang dengan kadar hormon tiroid yang rendah dapat mengalami kenaikan berat badan, wajah bengkak, sekaligus peningkatan indeks massa tubuh (BMI).
6. Sakit Otot dan Persendian
Hipotiroidisme dapat mempengaruhi otot dan persendian seseorang dengan berbagai cara, sehingga menyebabkan:
- Rasa sakit.
- Kekakuan otot.
- Pembengkakan sendi.
- Kelemahan otot.
7. Rambut Rontok
Gangguan hormon yang tidak diobati, termasuk masalah tiroid, dapat menyebabkan rambut rontok. Alasannya, hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan dan kesehatan folikel rambut. Hipotiroidisme dapat menyebabkan kerontokan rambut dari:
- Kulit kepala.
- Alis.
- Bulu kaki.
- Rambut pada bagian tubuh lainnya.
Pengidap masalah tiroid juga lebih rentan terkena alopecia. Kelainan ini merupakan kondisi autoimun yang dapat menyebabkan kebotakan dini.
Penyebab Hipertiroid
Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang terletak di pangkal leher, tepat di bawah jakun. Kelenjar tiroid membuat dua hormon utama: tiroksin (T-4) dan triiodothyronine (T-3).
Hormon-hormon ini mempengaruhi setiap sel dalam tubuh. Mereka mendukung proses ketika tubuh menggunakan lemak dan karbohidrat. Mereka membantu mengontrol suhu tubuh.
Selain itu, hormon ini juga memiliki efek pada detak jantung sekaligus membantu mengontrol berapa banyak protein yang tubuh produksi.
Hipotiroidisme terjadi saat kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi hormon tersebut dalam jumlah yang cukup. Gangguan hormon ini dapat terjadi akibat beberapa faktor pemicu, yaitu:
- Mengidap penyakit autoimun. Khususnya penyakit Hashimoto, sebagai penyebab hipotiroidisme yang paling umum. Ketika seseorang mengidapnya, tubuh menghasilkan antibodi yang justru menyerang kelenjar tiroid sehingga fungsinya terganggu.
- Pengobatan pada kelenjar tiroid. Prosedur radioterapi pada area leher dapat merusak sel-sel kelenjar tiroid. Akibatnya, kelenjar tiroid mengalami kesulitan untuk memproduksi hormon.
- Konsumsi obat tertentu. Penggunaan beberapa jenis obat, seperti lithium atau interferon, dapat menyebabkan hipertiroidisme. Biasanya obat tersebut bermanfaat sebagai pengobatan untuk mengatasi gangguan mental, gangguan irama jantung, dan kanker.
Meski jarang, kondisi berikut juga dapat menyebabkan hipotiroidisme:
1. Pola Makan Rendah Yodium
Yodium adalah mineral penting yang kelenjar tiroid butuhkan agar dapat memproduksi hormon. Kekurangan yodium bisa menyebabkan hipotiroidisme.
2. Kelainan Bawaan
Beberapa bayi terlahir dengan kelenjar tiroid yang perkembangannya tidak sempurna, bahkan tanpa kelenjar tiroid. Kondisi ini adalah hipotiroidisme kongenital yang dapat terjadi akibat pola makan ibu hamil yang rendah yodium hingga faktor genetik.
3. Gangguan Hormon TSH
TSH atau thyroid-stimulating hormone adalah hormon yang kelenjar pituitari produksi untuk membantu kelenjar tiroid. Khususnya dalam memproduksi dan melepaskan hormon. Adanya gangguan pada hormon TSH akan memengaruhi produksi hormon tiroid.
Terapi RFA untuk Penanganannya
Tindakan RFA ini akan melibatkan sebuah elektroda yang dimasukkan ke dalam leher dengan bantuan USG sampai mencapai tumor di dalam kelenjar tiroid, kemudian sebuah generator listrik akan dinyalakan untuk mengalirkan energi termal untuk merusak struktur tumor. Tentu prosedur ini akan menggunakan anastesi lokal sehingga pasien merasa aman & nyaman selama menjalani prosedur.
Pada umumnya prosedur Radio Frequency Ablation ini akan memakan waktu hanya 30 menit sampai 1 jam dengan kelebihan secara biaya lebih murah dan pasien tidak akan memiliki luka bekas sayatan operasi. Tindakan ini juga pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit baik saat dilakukan prosedur ataupun sesudahnya.Setelah menjalani prosedur RFA ini, dokter akan melakukan observasi selama 10-12 jam. Selain itu, prosedur ini tidak memiliki banyak persyaratan namun biasanya pasien akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memastikan keadaan tubuh pasien siap menjalani prosedur RFA ini.
Untuk informasi Anda bisa menemui produk-produk penunjang tindakan THT kami lainnya di pameran HOSPEX 2024 pada tanggal 16 – 19 Oktober di Jakarta Convention Center (JCC) di booth no 22, 23, dan 60. Dapatkan penawaran menarik hingga cashback jutaan rupiah. Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa follow @st_medicaldevice atau @st_medical atau hubungi kontak yang ada di website kami.