Penyakit usus buntu atau istilah medisnya adalah apendisitis adalah kondisi kesehatan ketika adanya peradangan pada apendiks yang merupakan bagian dari usus besar. Apendiks tersebut terletak pada bagian sisi kanan bawah perut. Dokter spesialis bedah RSA UGM, dr. Nitismara Anugrah Azdy, Sp.B., menyebutkan terdapat banyak hal yang berpotensi menyebabkan usus buntu atau apendiksitis. Salah satunya adalah karena adanya penyumbatan di usus buntu, yang biasanya karena makanan. Ada beberapa makanan penyebab usus buntu yang sering diabaikan.
6 Makanan Penyebab Usus Buntu yang Wajib Diketahui
“Paling sering itu ada penyumbatan pada usus buntu karena penumpukan feses/kotoran yang menyebabkan iritasi hingga menjadi peradangan di usus buntu,” jelasnya. Terdapat berbagai macam faktor penyebab radang usus buntu, salah satunya adalah konsumsi makanan penyebab usus buntu secara berlebihan.
“Pola makan yang rendah serat, tinggi gula dan lemak, serta kurang minum menjadi faktor risiko yang biasa ditemui memicu usus buntu. Sebab, pola-pola tersebut dapat menghambat proses pencernaan makanan sehingga feses yang dihasilkan keras dan dapat menyumbat usus buntu,” tambah dr. Nitismara. Berikut ini 6 makanan penyebab usus buntu yang perlu dibatasi.
1. Makanan Pedas
Makanan pedas merupakan jenis makanan penyebab radang usus buntu jika dikonsumsi secara berlebihan. Pasalnya, konsumsi makanan pedas yang tidak dibatasi berisiko menyebabkan iritasi pada saluran cerna dan berisiko menimbulkan apendisitis atau radang usus buntu. Selain itu, biji cabai dan paprika dari makanan pedas cenderung sulit dicerna sehingga berisiko menumpuk dan menyumbat usus buntu yang memicu terjadinya peradangan.
2. Makanan Tinggi Garam
Sama seperti makanan pedas, konsumsi makanan yang mengandung garam tinggi secara berlebihan bisa menyebabkan iritasi pada usus dan meningkatkan risiko terjadinya radang usus buntu. Selain itu, konsumsi garam berlebihan juga turut mengganggu fungsi ginjal serta meningkatkan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi).
3. Makanan Rendah Serat
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko radang usus buntu adalah konsumsi makanan rendah serat karena turut menyebabkan feses mengeras dan memicu sembelit. Kondisi tersebut bisa menimbulkan penyumbatan pada saluran cerna dan memicu terjadinya radang usus buntu.
Sebagai upaya meminimalkan risiko radang usus buntu, ada baiknya untuk menjalani gaya hidup sehat serta mengonsumsi makanan tinggi serat secara rutin, seperti buah, sayur, ubi jalar, dan oatmeal.
4. Makanan Cepat Saji
Makanan cepat saji juga termasuk makanan penyebab radang usus buntu karena kandungan lemaknya yang tinggi dapat memicu sembelit yang menjadi faktor risiko apendisitis. Bahkan, konsumsi makanan cepat saji yang tidak dibatasi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas hingga penyakit jantung koroner.
5. Makanan yang Sulit Dihancurkan
Seperti yang telah diketahui, penyebab utama terjadinya radang usus buntu adalah penyumbatan pada usus buntu. Terdapat dugaan bahwa penyumbatan usus buntu ini bisa dipicu oleh konsumsi makanan yang tidak dapat hancur dengan mudah dalam saluran pencernaan, seperti biji pada buah anggur, jambu biji, dan jeruk, terutama jika dikonsumsi berlebihan.
Kendati demikian, bukan berarti konsumsi buah-buahan tersebut tidak diperbolehkan. Anda tetap bisa mengonsumsi buah-buahan dengan menyisihkan bijinya terlebih dahulu guna meminimalkan risiko radang usus buntu.
6. Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol juga termasuk daftar minuman penyebab radang usus buntu yang perlu dibatasi konsumsinya. Hal ini dikarenakan konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan turut memicu iritasi pada usus, termasuk usus buntu.
Namun, jika sudah mengalami sakit usus buntu, jelas harus ada penanganan secara medis. dr. Nitismara menjelaskan gejala usus buntu yang paling khas adalah perasaan nyeri di sisi kanan perut bagian bawah. Selain itu, juga perasaan nyeri di sekitar pusar yang berpindah ke bagian kanan bawah perut, demam, mual serta muntah.
Ia meminta masyarakat untuk tidak mengabaikan jika merasakan gejala-gelaja tersebut. Sebab, usus buntu yang meradang bisa pecah dan isi sumbatan yang mengandung bakteri bisa menginfeksi seluruh organ usus. Apabila kondisi tersebut tidak segera ditangani bisa mengancam jiwa penderita.
Pengobatan Usus Buntu
Pengobatan utama penyakit usus buntu adalah dengan operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Pengangkatan usus buntu dari sistem pencernaan tidak akan menyebabkan masalah jangka panjang, karena usus buntu tidak berperan pada banyak fungsi tubuh.
Ada 2 cara dalam melakukan apendektomi, yaitu melalui laparoskopi (operasi lubang kunci) dan bedah terbuka (laparotomi). Kedua teknik bedah tersebut diawali dengan pemberian bius total kepada pasien. Berikut ini adalah penjelasannya.
1. Laparoskopi
Operasi usus buntu dengan laparoskopi dilakukan dengan membuat beberapa sayatan sebesar lubang kunci di perut. Melalui sayatan tersebut, dokter akan memasukkan alat bedah khusus untuk mengangkat usus buntu.
2. Laparotomi
Pada laparotomi, dokter akan membuat sayatan pada perut bagian kanan bawah, kira-kira sepanjang 10 cm, untuk mengangkat usus buntu. Bedah ini dianjurkan jika sudah terjadi komplikasi, misalnya usus buntu pecah dan infeksi menyebar ke rongga perut (peritonitis), atau terbentuk tumpukan nanah (abses) di rongga perut.
Proses pemulihan setelah operasi laparoskopi lebih singkat daripada setelah bedah terbuka. Selain itu, usus buntu yang menimbulkan abses mungkin membutuhkan dua tahap operasi. Tahap pertama adalah untuk membersihkan abses, sedangkan tahapan yang kedua untuk mengangkat usus buntu.
Pada masa pemulihan, dokter akan meresepkan obat pereda nyeri. Pasien juga akan diimbau untuk menghindari aktivitas fisik yang berat sampai 3–5 hari setelah laparoskopi, atau 10–14 hari jika pasien menjalani laparotomi.
Dalam upaya untuk meminimalkan bekas luka operasi, ahli bedah telah mengeksplorasi solusi inovatif baru yaitu Single Port Trocar Laparoscopy. Hanya dengan satu sayatan pada umbilicus sebesar 1,5 cm. Dengan metode ini dapat meminimalkan bekas luka dan rasa nyeri pasca operasi, yang tentunya memberikan kepuasan hasil operasi pada pasien.
Dengan menggunakan kualitas material yang terbuat dari spesial silikon transparan dapat mempermudah user bermanufer dalam proses laparoscopy. PT Sometech Indonesia memiliki alat Laproscopic Single Port yang bisa membantu semua jenis tindakan bedah Laparoscopic. Lapsingle Port dari PT Sometech Indonesia dilengkapi dengan bahan yang high transparency, universal port yang bisa digunakan untuk alat 5mm sampai 12mm, fleksible, dan mudah untuk digunakan. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi PT Sometech Indonesia.