Mioma (miom) dan kista ovarium merupakan dua kelainan pada organ reproduksi wanita yang sering ditemukan. Bila dibiarkan, keduanya dapat mengganggu kesuburan. Apakah perbedaan miom dan kista?
Mioma rahim dan kista ovarium merupakan dua kondisi yang sering ditemukan dalam organ reproduksi wanita. Kedua kelainan kerap sulit dibedakan, dan banyak wanita baru mengetahuinya saat menjalani pemeriksaan kandungan rutin.
Pada dasarnya, kista ovarium sangat umum terjadi dan pada sebagian besar kasus dapat menghilang dengan sendirinya. Sedangkan miom rahim, memiliki spektrum penyakit yang lebih lebar. Sebagian wanita tidak mengalami gejala atau masalah tertentu, namun sebagian lainnya dapat mengalami gangguan haid yang hebat dan bahkan sulit hamil (infertilitas).
Perbedaan Miom dan Kista
Untuk mengetahui apakah Anda mengalami mioma atau kista, pahami dulu berbagai perbedaan miom dan kista dari aspek berikut:
Lokasi Pertumbuhan
Mioma muncul di dalam rahim sedangkan kista di dalam ovarium. Jenis jaringan yang berkembang pun berbeda. Kista merupakan pertumbuhan jaringan yang membentuk kantong berisi cairan, sementara mioma tergolong tumor jinak yang mengandung sel-sel otot dinding rahim. Mioma dapat berkembang di dalam maupun di luar dinding rahim.
Usia Kemunculan
Mioma rahim paling sering terjadi pada wanita di usia 40-an dan awal 50-an. Sedangkan kista ovarium, lebih banyak ditemukan pada usia yang lebih muda, yakni 20-40 tahun.
Sifat Kelainan
Secara umum, mioma digolongkan sebagai tumor jinak yang jarang sekali menjadi kanker ganas. Sedangkan kista, menurut penggolongan penyakit bukanlah tumor. Meski demikian, pada sebagian wanita yang telah mengalami menopause, kista ovarium kadang-kadang berkembang menjadi kanker ganas.
Ukuran
Ukuran mioma rahim bervariasi, kurang lebih dapat sekecil biji buah apel hingga sebesar jeruk bali. Mioma biasanya tumbuh dan membesar lebih cepat saat hamil dan cenderung mengecil setelah menopause.
Sedangkan diameter kista ovarium dapat kurang dari 1 cm hingga lebih dari 10 cm. Pada jenis tertentu, laju pertumbuhannya lambat, yakni sekitar 1 milimeter per tahun pada wanita premenopause.
Penyebab Miom dan Kista
Kista ovarium memiliki banyak jenis dan penyebabnya berbeda-beda. Yang tersering ditemukan, yakni kista fungsional, merupakan ‘hasil samping’ dari siklus haid bulanan. Kista ovarium juga bisa terjadi akibat gangguan hormon reproduksi, kehamilan, polycystic ovary syndrome (PCOS) atau endometriosis (pertumbuhan jaringan dinding rahim di luar rahim).
Sedangkan mioma rahim, hingga kini penyebabnya masih belum jelas. Namun diperkirakan ada pengaruh hormon reproduksi wanita dan faktor genetik. Faktor risiko lain yakni obesitas dan kebiasaan mengkonsumsi banyak daging merah.
Gejala Miom dan Kista
Baik mioma dan kista dapat memberikan gejala yang serupa, seperti:
- Nyeri atau rasa penuh pada perut bawah
- Perut kembung dan tampak membesar
- Nyeri atau rasa tidak nyaman di punggung bawah dan paha
- Buang air kecil sulit atau sering
- Nyeri saat berhubungan intim
- Nyeri haid yang tidak biasa
- Nyeri payudara
- Sulit buang air besar atau konstipasi
Akan tetapi, ada dua gejala utama yang dapat memberi petunjuk kelainan mana yang terjadi. Nyeri di salah satu sisi perut dan disertai oleh demam dan muntah lebih disebabkan oleh kista ovarium ketimbang mioma. Sebaliknya, perdarahan haid yang lama (>10 hari) dan hebat lebih disebabkan oleh mioma ketimbang kista ovarium.
Perbedaan Komplikasi Mioma dan Kista
Meski mioma rahim biasanya tidak berbahaya, benjolan yang timbul dapat menyebabkan gejala yang hebat dan komplikasi seperti:
- Kurangnya sel darah merah (anemia) akibat perdarahan hebat.
- Nyeri hebat, mual, muntah, dan demam akibat terpuntirnya mioma yang ‘bertangkai. Mioma yang tumbuh cepat atau mulai terurai juga dapat menyebabkan nyeri.
- Mioma juga dapat menimbulkan infertilitas atau sulit hamil. Meski demikian, bila betul mioma menjadi penyebabnya, banyak wanita pada akhirnya berhasil hamil setelah diobati.
- Pada kurang dari 1:1.000 individu yang mengalaminya, mioma bisa menjadi kanker ganas. Kondisi ini disebut dengan leiomiosarkoma.
Untuk kista ovarium, komplikasi berikut dapat terjadi meski kejadiannya jarang:
- Torsio ovarium. Kista yang membesar akan memicu ovarium untuk bergerak, sehingga ovarium bisa terpuntir. Kondisi ini akan menimbulkan gejala seperti nyeri perut bawah yang tiba-tiba dan sangat hebat, mual, dan muntah. Kejadian ini juga dapat menurunkan bahkan menghentikan aliran darah ke ovarium.
- Ruptur kista. Semakin besar ukuran kista, semakin besar risiko untuk ruptur atau pecah. Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan organ dalam. Risiko ruptur kista meningkat oleh aktivitas fisik yang cukup intens pada area pinggul, seperti hubungan intim.
Perlu diketahui bahwa kedua komplikasi dari kista ovarium ini merupakan kegawatdaruratan medis yang perlu segera ditangani. Bila tidak, kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan kerusakan permanen pada ovarium bahwa mengancam nyawa.
Manakah yang lebih berbahaya?
Bisa disimpulkan bahwa mioma rahim dan kista ovarium memiliki ‘bahaya’ masing-masing yang perlu diwaspadai. Untuk mioma, timbulnya bahaya akibat komplikasi penyakit lebih bersifat perlahan atau bertahap, sedangkan pada kista ovarium dapat bersifat tiba-tiba. Oleh sebab itu, baik mioma maupun kista, perlu dievaluasi rutin agar bisa diberikan pengobatan yang tepat.
Di samping itu, kista ovarium jenis tertentu diketahui berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker. Seperti kanker ovarium yang lebih banyak terjadi pada wanita dengan endometriosis dan kanker rahim yang hampir tiga kali lipat lebih banyak dialami oleh wanita dengan PCOS.
Atas alasan-alasan inilah, sebaiknya hindari menunda pengobatan bila Anda curiga mengalami kista ovarium atau mioma rahim. Kelainan yang dideteksi secara dini tentu lebih mudah ditangani dan membuat kualitas hidup Anda lebih baik dalam jangka panjang.
Pengobatan
Kista ovarium fungsional umumnya dapat menghilang dengan sendirinya. Sedangkan kista ovarium jenis lain umumnya baru ditangani bila timbul gejala atau ukurannya sudah terlalu besar. Tujuannya, agar tidak timbul komplikasi. Kista ovarium yang terjadi akibat endometriosis atau polycystic ovary syndrome (PCOS), perlu segera ditangani agar tidak mengganggu kesuburan.
Untuk mioma rahim, pemberian obat-obatan dapat membantu mengecilkan ukurannya. Namun, bila ukuran mioma besar atau menimbulkan gejala dan komplikasi, maka perlu dilakukan pengangkatan mioma. Pada kasus yang jarang, mioma menimbulkan gejala dan komplikasi yang amat hebat sehingga perlu dilakukan pengangkatan rahim.
Cara mendiagnosis mioma atau kista
Baik mioma rahim dan kista didiagnosis berdasarkan riwayat gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan umumnya mencakup ultrasonografi (USG) kandungan melalui perut maupun vagina (transvaginal ultrasound), histeroskopi (teropong rahim), dan bila perlu CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) panggul.
Pemeriksaan USG dapat membedakan apakah benjolan di ovarium itu kista yang berisi cairan atau massa padat. Bila berisi cairan, maka sangat mungkin adalah kista jinak. Bila massa padat atau padat sebagian, dan wanita sudah menopause, maka ada kemungkinan itu adalah kanker ovarium. Kondisi ini perlu dibuktikan oleh pemeriksaan lain, salah satunya kadar penanda tumor CA-125 di dalam darah.
Single-Use Histeroscope Office
PT Sometech Indonesia sebagai distributor alat medikal di Indonesia menyediakan alat Single-Use Office Hysteroscopy dari REDPINE. Office Histeroscope adalah prosedur minimal invasive yang dapat menunjukkan kelainan abnormal baik pada vagina, servik maupun kavum uteri dengan sangat akurat menggunakan tabung kecil yang dilengkapi lampu dan kamera (histeroskop).
Prosedur alat ini dibagi menjadi dua yaitu; diagnostik dan operatif. Artinya alat ini tidak hanya bisa memindai masalah yang ada di bagian ovarium, uterus, saluran tuba, dan sistem endokrin tapi juga bisa melakukan beberapa tindakan operatif seperti:
- Hydrotubation
- Pengecekan IUD dan mengeluarkan IUD
- Biopsi, Adhesiolysis dan Polyp Removal
Ada pun keunggulan Single-Use Office Hysteroscopy ini adalah:
- Penggunaannya lebih mudah dibandingkan yang reusable
- Minimalisir kontaminasi karena hanya digunakan sekali pakai
- Lebih efektif secara budget karena tidak membutuhkan maintenance alat
- Lebih minim rasa sakit dan cepat pemulihannya
Untuk informasi tentang alat Single-Use Office Hysteroscopy atau alat-alat penunjang OBGYN lainnya, Anda bisa follow di akun @st_medicaldevice atau hubungi kontak yang ada di website kami.